JAKARTA, KOMPAS.TV - Setiap tanggal 4 Desember diperingati sebagai Hari Konservasi Satwa Liar. Namun, momen di tahun ini justru seakan menjadi ironi bagi Indonesia, di tengah peristiwa banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. <br /> <br />Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim, menyebut banjir dan longsor Sumatera sebagai cermin untuk melihat ancaman lebih luas di Indonesia. <br /> <br />Ia mengingatkan bahwa kerusakan serupa kini terjadi di Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Bahkan dengan laju degradasi yang tidak kalah cepat. <br /> <br />"Pelajarannya mahal sekali kalau kita tidak belajar dari Sumatera. Kerusakan yang terjadi hari ini bisa terjadi lebih cepat di pulau lain," ujarnya. <br /> <br />Menurutnya, Indonesia membutuhkan sistem peringatan dini atau early warning system yang melibatkan masyarakat dan tata kelola adat yang selama ini justru memiliki kearifan dalam mengelola alam. <br /> <br />Didi memahami bahwa skala bencana ekologis ini terlalu besar untuk ditangani hanya dalam hitungan hari. <br /> <br />Diperlukan komitmen dan langkah konkret yang dimulai dari memperbaiki tutupan lahan, mengembalikan fungsi hutan sebagai pelindung alami, serta menghentikan kerusakan yang terus berlangsung. <br /> <br />"Mulai sekarang harus ada langkah nyata. Tanpa perbaikan tutupan lahan, kita akan menghadapi ancaman yang lebih besar," katanya. <br /> <br />Peringatan ini menjadi pengingat bahwa kerusakan lingkungan bukan hanya soal Sumatera, tetapi masa depan seluruh ekosistem Indonesia. <br /> <br />Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/uK6VENB-rtI <br /> <br /> <br /> <br />#banjir #aceh #sumut <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/635768/krisis-hutan-hujan-tropis-sumatera-bencana-ekologis-jadi-pelajaran-untuk-indonesia-rosi
